Ada beberapa jebakan yang dialami oleh pasangan sebelum dan
sesudah memasuki pernikahan. Jebakan itu adalah konsep dan harapan yang keliru
tentang cinta dan pacaran. Istilah lainnya adalah mitos-mitos cinta dan
mitos-mitos pacaran.
Mitos-mitos cinta :
Karena kami saling mencintai. Banyak
orang menikah dengan alasan saling mencintai, namun mereka memahami cinta hanya
sebagai Psychological Phenomena. Artinya,
hanya kebetulan ada perasaan attracted
atau passion. Misalnya melihat wajah
cantik, kekayaan atau kepandaian; atau karena adanya kesempatan tertentu,
sering ketemu lalu bergaul kemudian muncul perasaan cinta. Lama kelamaan,
ketika muncul kesadaran baru, ia merasa pacarnya sebenarnya tidak terlalu
menarik. Tetapi karena sudah mengikatkan diri, sulit untuk mundur. Ironisnya,
kalau ketemu orang lain yang lebih baik, cantik/ganteng dan menarik, mudah juga
putus.
Lederer dan Jacson (The
mirages of marriage) menemukan bahwa cinta bukanlah menjadi alasan utama
orang menikah. Ada beberapa alasan lain (yang lebih dominan) yang mendorong
orang menikah, antara lain; karena kehamilan (pengalaman bercumbu selama
pacaran), tekanan atau desakan sosial (misalnya dari orang tua mengingkan mereka
segera menikah). Ada juga karena pengaruh buku-buku roman dan tradisi, inggin
lepas dari rasa kesepian dan kebosanan, serta takut akan keadaan ekonomi di
masa depan. Ada yang menikah karena merasa dengan menikah hidup lebih lengkap. Yang
lain menikah untuk mencari symbol orangtua (mencari pengganti ayah atau ibu
yang ia kagumi).
Mitos-mitos lain yang perlu diwaspadai :
a. Masing-masing
merasa diri lebih mencntai pasangannya. Akibatnya, jika ada masalah merasa
saling menuduh bahwa pasangannyalah yang menyebabkan masalah tersebut
b. Ada
pasangan yang merasa cinta sangat perlu bagi kepuasan pernikahan, namun cinta
hanya dimengerti sebagai tindakan
romatis pada waktu bercumbu
c. Pasangan
lain yang mengatakan perbedaan pria dan wanitalah yang menyebabkan banyak masalah
dalam pernikahan
d. Kehadiran
anak di tengah keluarga dapat menjadi pemecah hubungan suami-sitri
e. Ide
bahwa pernikahan dapat menyembuhkan kesepian
f.
Banyak orang takut menegur atau marah pada
pasangannya karena takut menimbulkan konflik
Akibat semua mitos atau
pengertian di atas (keyakinan) yang salah di atas adalah banyak keluarga
menjadi tidak berfungsi (disfungsional)
sebagaimana mestinya. Komunikasi sangat rapuh, sebab lebih banyak menuntut
daripada rela member diri bagi pasangannya. Masing-masing saling menyalahkan
Di adaptasi dari buku ”Surat
Ijin Menikah” oleh Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar