Kamis, 04 Oktober 2012

Mitos Cinta dan Pacaran



Ada beberapa jebakan yang dialami oleh pasangan sebelum dan sesudah memasuki pernikahan. Jebakan itu adalah konsep dan harapan yang keliru tentang cinta dan pacaran. Istilah lainnya adalah mitos-mitos cinta dan mitos-mitos pacaran.
Mitos-mitos cinta :
Karena kami saling mencintai. Banyak orang menikah dengan alasan saling mencintai, namun mereka memahami cinta hanya sebagai Psychological Phenomena. Artinya, hanya kebetulan ada perasaan attracted atau passion. Misalnya melihat wajah cantik, kekayaan atau kepandaian; atau karena adanya kesempatan tertentu, sering ketemu lalu bergaul kemudian muncul perasaan cinta. Lama kelamaan, ketika muncul kesadaran baru, ia merasa pacarnya sebenarnya tidak terlalu menarik. Tetapi karena sudah mengikatkan diri, sulit untuk mundur. Ironisnya, kalau ketemu orang lain yang lebih baik, cantik/ganteng dan menarik, mudah juga putus.
Lederer dan Jacson (The mirages of marriage) menemukan bahwa cinta bukanlah menjadi alasan utama orang menikah. Ada beberapa alasan lain (yang lebih dominan) yang mendorong orang menikah, antara lain; karena kehamilan (pengalaman bercumbu selama pacaran), tekanan atau desakan sosial (misalnya dari orang tua mengingkan mereka segera menikah). Ada juga karena pengaruh buku-buku roman dan tradisi, inggin lepas dari rasa kesepian dan kebosanan, serta takut akan keadaan ekonomi di masa depan. Ada yang menikah karena merasa dengan menikah hidup lebih lengkap. Yang lain menikah untuk mencari symbol orangtua (mencari pengganti ayah atau ibu yang ia kagumi).

Mitos-mitos lain yang perlu diwaspadai :
a.       Masing-masing merasa diri lebih mencntai pasangannya. Akibatnya, jika ada masalah merasa saling menuduh bahwa pasangannyalah yang menyebabkan masalah tersebut
b.      Ada pasangan yang merasa cinta sangat perlu bagi kepuasan pernikahan, namun cinta hanya  dimengerti sebagai tindakan romatis pada waktu bercumbu
c.       Pasangan lain yang mengatakan perbedaan pria dan wanitalah yang menyebabkan banyak masalah dalam pernikahan
d.      Kehadiran anak di tengah keluarga dapat menjadi pemecah hubungan suami-sitri
e.      Ide bahwa pernikahan dapat menyembuhkan kesepian
f.        Banyak orang takut menegur atau marah pada pasangannya karena takut menimbulkan konflik
Akibat semua mitos atau pengertian di atas (keyakinan) yang salah di atas adalah banyak keluarga menjadi tidak berfungsi (disfungsional) sebagaimana mestinya. Komunikasi sangat rapuh, sebab lebih banyak menuntut daripada rela member diri bagi pasangannya. Masing-masing saling menyalahkan
 Di adaptasi dari buku ”Surat Ijin Menikah” oleh Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar