Jumat, 23 Januari 2009

Lidah

Hari ini, saya mendengar firman Tuhan tentang ”alat vital” dalam kehidupan kita yang memegang peranan penting dalam menciptakan bentuk kualitas hidup yang akan kita masuki dan nikmati, yaitu LIDAH. Berbicara lidah selalu berkaitan dengan perkataan. Alkitab sangat memperhatikan menegnai perkataan.
Apabila kita cermati management perkataan merupakan suatu kelas yang bersifat terus-menerus yang setiap kita harus mengikutinya.
Suatu perenungan yang bisa kita ambil adalah pada waktu kita melewati masa sukar, sulit dan tidak menyenangkan apa yang keluar dari perkataan kita ?. Amsal mencatat siapa yang menggemakannya akan memakan buahnya. Paulus menambahkan bahwa dengan lidah atau perkataan kita “gaungnya” sampai pada kekekalan (dibenarkan dan diselamatkan).
Ada 3 kategori orang dalam menghadapi masa sukar, kerapkali perkataannya menjadi anak panah (senjata untuk membunuh, sarana yang memfasilitasi untuk menyalurkan kemarahan) yang siap untuk dilepaskan kepada musuhnya (penyebab terjadinya sesuatu yang ia alami).

1. Fokus pada orang lain
Selalu melihat bahwa orang lain ataupun situsai yang menyebabkan kualitas kehidupan yang ia alami dan nikmati. Serangan demi serangan kita lepaskan kepada kehidupan mereka. Dari nada perkataan yang keras sampai pelan (menyindir), dari kosakata yang berifat kelemahan fisik/mental samapi kepada ciptaan yang klasifikasinya lebih rendah derajatnya. Semuanya itu terorganisir dan keluar “dengan lancar” (tanpa dipikir terlebih dahulu) secara otomatis keluar dari mulut kita. Semua mendekriditkan mereka. Ya, ada kalanya secara fakta dan norma/hukum kesalahan ada pada mereka. Tetapi yang paling penting di sini adalah BUKAN BENAR ATAU SALAH TETAPI RESPON. Walaupun perkara kita benar tetapi respon kita salah akan mengakibatkan posisi kita salah. Beri respon yang benar kepada seseorang, bahkan kepada musuh atau “ yang berhutang” kepada kita (hutang kasih, pengampunan, dll). Yesus mengajarkan kasihilah musuhmu. Ucapsyukurlah dalam segala hal. Pada waktu menghadapi “krisis” (orang banyak lapar), Ia tidak anmenyalahkan keadaan, Ia tidak menyalahkan orang banyak itu, atau berpikir “ini bukan urusan saya. Tetapi respon perkataannya “Ia menengadah ke langit dan mengucap syukur”. Dan terjadilah MAKAN BESAR – mukjizat pelipatgandaan….MAU….MAU….MAU…ubah fokus kita

2. Fokus pada diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri adalah option yang kedua. Posisi kedua bukan berarti kurang berbahaya..tetapi ini kerapkali menjadi daya dorong seseorang untuk mengambil tindakan mengakhiri dirinya sendiri. Mengakhiri hidupnya disini bisa bereaksi cepat atau lambat. Kalau cepat…setiap kita sudah tahu…beragam bentuknya, tetapi yang perlu kita sadari yang reaksi lambat ini, karena kerapkali reaksi ini muncul dan kita nikmati hal ini, walaupun posisi kita sebagi orang percaya. Menyalahkan diri sendiri dengan diikuti perkataan-perkataan yang mengutuk diri sendiri akan menciptakan proses kematian secara perlahan-lahan (reaksi lambat). Jangan menghakimi masa depan kita dengan kegagalan yang kita terima atau alami hari kemaren atau 5 menit yang lalu. MENGAPA karena Allah yang kita sembah tidak pernah berbuat demikian terhadap kita. Alkitab selalu mencatat bahwa Yesus apabila bertemu dengan seseorang, Dia selalu menyapa, berbicara, berkata tentang potensi…suatu kehidupan yang terbaik dari Allah yang ia rancang khusus dalam kita. Focus perhatian Allah tidak tertuju pada masa lalu kita, sebagai pertimbangan masa depan kita. Focus pertimbangan untuk masa depan kita adalah YESUS. Ia melihat DARAH YESUS menyelimuti kehidupan kita, bukan karena hasil pekerjaan kita….tetapi KARYA ALLAH…ada amin!.
Jadi sekarang berhenti mengutuki diri kita sendiri….mengapa ? karena siapa yang di dalam KRISTUS tidak ada lagi penghukuman.
Biarlah hati nurani kita diwarnai dengan KRISTUS –Kristus menjadi hakim, bukan perasaan-, sehingga kita bisa berdamai dengan hati nurani kita (tdk ada lagi penghakiman)

3. Fokus pada Tuhan
Pilihan yang terakhir adalah perkataan kita yang buruk tentang Tuhan. Kerapkali kita mengukur kasih Allah dengan sesuatu yang kita terima, sesuatu yang kita rasakan, sesuatu yang kita alami dan nikmati. Kita menggunakan kacamata emosi untuk melihat Allah. Kenyataannya 100% itu salah. Orang benar hidup oleh iman bukan oleh perasaan. Perasaan seringkali keliru dan menipu. Perasaan adalah teleskop yang berkekuatan terbatas untuk melihat Allah yang tidak terbatas…akibatnya hasil penglihatan kita buram, samara-samar….kemudian kita menjadikan yang samar-samar itu suatu kepastian….WAH SUSAH KALO GINI. Sesuatu yang belum tentu pasti kita jadikan sebagai patokan/dasar penilaian.
Alkitab berkata orang masuk dala kristeria bodoh adalah orang yang membangun pondasi hidupnya atas dasar sesuatu yang tidak kokoh (pasir). Nah kita ngak mau di bilang bodoh kan…????
Tetapi kita ingin dikatakan sebagai orang bijak..orang bijak adalah orang yang dapat memprediksikan sesuatu yang terjadi di depan dan ia bertindak untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi masa itu untuk mendapatkan keuntungan baginya.
Kunci disini adalah GALI dan LIHATLAH PONDASI kehidupan kita…apakah pasir (perasaan) atau FIRMAN TUHAN (batu karang).
Lewat Firman kita bisa belajar bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu UNTUK MENDATANGKAN KEUNTUNGAN BAGI MEREKA YANG MENGASIHI DIA…..janji ini hanya berlaku bagi yang mengasihi Tuhan.
Barang siapa berkata mengasihi Tuhan, dialah yang melakukan kehendakKU. Melakukan kehendak Tuhan berarti mengerti dan menerima Yesus sebagai kebenaran tertinggi (Tuhan) dalam tahata kehidupannya) dan mengganti pondasi kehidupannya dengan nilai-nilai kerajaanNya.
Selamat menikmati Firman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar